Diet sehat tapi murah? Emang bisa? Namanya diet mana ada yang murah.

Pertanyaan ini kayaknya sering banget muncul di kepala mahasiswi dede-dede gemesh macam saya. Secara, yang namanya perempuan pasti mau banget punya tubuh yang sehat dan (tentunya) langsing. Bawaannya tuh kalau pipi udah rada mirip bakpau, lengan sama paha mulai berotot, atau perut udah mirip muffin kembang, udah deh langsung kalang kabut buat diet. Pokoknya mah kudu langsing, pipi tirus, lengan ama paha unyil kayak roti bagguette (?).

Saya pribadi sih gak berniat diet untuk menurunkan berat badan, wong udah kurus ini kayak tiang listrik. Saya hanya ingin mengubah pola makan saya menjadi lebih sehat. Saya sadar banget pola makan saya saat ini sangat tidak sehat. Apalagi selama skripsian ini saya jadi demen ngemilin junk food penuh micin.

Masalahnya, saya maunya diet sehat tapi murah. Nah, susah kan? Soalnya dalam persepsi saya yang namanya diet sehat gak jauh dari bahan-bahan makanan berkualitas tinggi dan mahal.

Sayangnya, saya tidak tahu banyak tentang Lombok. Selain Gili Trawangan dan Pantai Pink yang nge-hits itu saya benar-benar tidak tahu tujuan wisata Lombok menarik lainnya. Setelah bertanya kanan dan kiri, saya berakhir pada artikel tentang destinasi wisata Lombok blog Traveloka. Ada beberapa tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi ternyata.

Narmada

Sumber : Wikipedia

Sebagai pecinta wisata budaya, tentu Narmada menjadi salah satu tujuan yang menarik mata saya. Taman yang telah ada sejak tahun 1700an ini merupakan taman pemandian dan pura yang konon dibangun oleh kerajaan Mataram sebagai replika keagungan Rinjani. Menjelajahi taman yang berada tepat di bawah kaki Rinjani sembari menerka-nerka seperti apa kehidupan raja-raja Mataram  di masa lalu tentu menyenangkan

Mandalika

Sumber : Kompas

Mandalika adalah sebuah kawasan wisata yang sudah ditetapkan pemerintah sebagai kawasan ekonomi prioritas. Berlokasi sepanjang 16 kilometer di garis pantai sekitar 2 jam dari kota Mataram. Ada banyak pantai cantik dengan batu karang yang bisa ditelusuri. Selain itu ada banyak penginapan untuk mengistirahatkan badan yang penat setelah menyusuri pantai.  Tentu menyenangkan menginap di tepi pantai. Bayangkan suasana pantai di malam hari dengan deburan ombak yang syahdu. Dijamin tidur nyenyak deh.

Gili Meno

Sumber : CNN Indonesia

Gili Meno adalah salah satu dari tiga pulau di utara Lombok, tepat di antara Gili Trawangan dan Gili Air. Gili Meno memang tak sepopuler Gili Trawangan yang menjadi destinasi unggulan. Meski demikian, Gili Meno terkenal karena suasananya yang tenang, cocok untuk pasangan yang ingin berlibur bulan madu. Meski saya yakin akan ada banyak pasangan yang bergandengan tangan mesra menuju masa depan, saya tetap akan mengunjunginya meski sendirian kok sedih ya.

Lombok memang terkenal dengan pantai-pantainya yang indah. Seorang teman menyarankan saya untuk mengunjungi sebanyak mungkin pantai yang bisa saya kunjungi dan menemukan mutiara jika beruntung. Menyelam sebenarnya juga menjadi pilihan yang menarik mengingat banyak karang-karang cantik. Tapi berhubung saya tidak bisa berenang dengan baik, sepertinya bukan pilihan yang bijak.

Agar liburan ini lebih terencana dengan baik, saya menggunakan aplikasi Traveloka untuk mengecek harga tiket dan penginapan. Apalagi Traveloka punya layanan pesan tiket pesawat dan hotel dalam satu paket yang tentunya lebih hemat. Bahkan tanpa menggunakan kode promo apapun dapat lebih hemat hingga 20%. Selain itu Traveloka juga punya layanan notifikasi harga (price alert) yang memungkinkan kita untuk mendapatkan harga terbaik. Tentu ini sangat menguntungkan ketika merencanakan liburan jauh-jauh hari. Ah, jadi pengen liburan

Sebenarnya saya sudah janji dari beberapa waktu lalu untuk sharing hasil diskusi tentang internet sehat di acara Hari Pers Nasional kemaren. Jadi mohon maaf kalau kali ini malah cerita random, karena saya belum sempat mengutak-atik catatan materinya kemarin. Maklum, mahasiswa tahun akhir sedang sok sibuk.

Jadi ceritanya beberapa waktu lalu, rekan saya di tim redaksi IMagz (buat yang belum tahu, IMAgz adalah majalahnya mahasiswa psikologi Indonesia di bawah naungan ILMPI), kak Jessi kasih kabar kalau dia mau ke Padang dan meminta bertemu jika saya ada waktu. Saya, yang memang lagi tidak sibuk-sibuk betul mengiyakan tawaran kak Jessi dalam sepernano detik (lebay, ah). Lagi pula, terakhir kali kak Jessi berkunjung ke Sumatera Barat, kami tidak sempat keliling kota Padang karena terjebak di Bukittinggi selama seminggu.

Jadilah, seharian kemarin saya dan kak Jessi jalan-jalan, makan nasi Padang, menyusuri pantai Padang, nongkrong di Taman Melati karena Museum Adityawarman ternyata sudah tutup, dan berakhir di Kelenteng See Hin Kiong, menyeruput kopmil (kopi dengan campuran milo) sembari menikmati sore.


Berhubung malamnya kak Jessi masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan, jadilah kami berpisah selepas maghrib. Tapi hari saya belum berakhir, karena saya, bang Barra dan bang Ade sudah ada agenda untuk bertemu dengan beberapa blogger dan influencer dari Singapura yang tengah berkunjung ke Sumatera Barat. Kebetulan, kami semua memang janjian di kelenteng ini jadi saya tidak susah payah berpindah lokasi.

Ternyata oh ternyata, kita diajak janjian di kelenteng karena ada acara pasar malam. Bahkan ada atraksi barongsainya juga. Bahagia, dong. Meski saya bukan Tionghoa walaupun mata saya agak sipit tapi selalu ada kebahagiaan tersendiri tiap lihat barongsai.


Sebagaimana pasar malam pada umumnya, ada banyak stand makanan yang sayangnya tidak sempat saya cicip. Ada juga berbagai stand produk lain seperti produk kesehatan dan kecantikan hingga gadget. Saya sih, gak minat. Saya sudah keburu kenyang setelah makan nasi Padang dan kopi. Saya cuma minat liat atraksi barongsai saja.


Kita baru ketemu sama teman-teman dari Singapura sekitar jam 8 malam dan langsung diajak makan es durian. Sambil mencicipi es durian, kami ngobrol banyak tentang kota Padang dan pariwisata Sumatera Barat. Ada 10 orang blogger dan influencer, Czaraim, Brenda, Georgia, Fathin, Fateehah, Zippy, Jonathan, Nicholas, Stephanie, dan Justin. Sayangnya kita tidak sempat ngobrol terlalu lama karena malam sudah semakin larut.


Bertemu teman-teman baru ini membuat saya ingin ke Singapura lagi. Ah, sepertinya saya harus segera memperbarui paspor.