Peringatan : Tulisan ini menyangkut tentang depresi dan bunuh diri.
Lidah tidak bertulang. Begitu kata orang. Meski lidah tidak memiliki tulang, Imam Ghazali menyebut lidah sebagai benda yang paling tajam di dunia ini, bukan pedang. Tajamnya lidah mampu memutus silaturahmi, merusak pertemanan, dan bahkan memutus urat nadi seseorang.
Bagaikan pedang bermata dua, lidah dapat menjadi sebuah berkah atau sebuah musibah
Butuh waktu berhari-hari hingga akhirnya saya memutuskan untuk menceritakan kejadian ini. Because I was in a big shock after this
Malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya menyaksikan bagaimana lidah yang tidak bertulang nyaris menjadi penyebab hilangnya sebuah nyawa.
Malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya menyaksikan bagaimana lidah yang tidak bertulang nyaris menjadi penyebab hilangnya sebuah nyawa.
Saya tidak mengenalnya secara personal, hanya melalui twitter dan akun anonim yang saya kelola for english useless rant selama ini. Saya tidak pernah tahu nama aslinya. Satu-satunya hal personal yang saya tahu tentangnya hanyalah kewarganegaraannya. Kami menjadi dekat karena mempunyai selera musik yang sama dan hanya itu satu-satunya topik pembicaraan kami. Cuitannya pun selalu tentang musik dan penyanyi-penyanyi yang dia gemari. Dia nyaris tidak pernah berbicara hal personal melalui akun twitternya. Hingga tiba-tiba satu cuitannya memperingati saya.
"I don't deserve anything but death"
It alarmed me so I looked up to all her previous tweets and it says the same thing : a strong will to commit suicide
Saya mungkin tidak mengenalnya secara personal, tapi saya tidak ingin melihat seseorang yang saya kenal bunuh diri sepengetahuan saya. So I slid to her dms, asked her, and offered my ears to lend. Then we talked, for the first time after so many months, about personal things. For hours.
Dari percakapan itu saya menyadari betapa berbahayanya sebuah mulut yang tajam. Satu komentar yang menyakitkan mungkin gak bakal jadi masalah, namun ibarat batu yang ditetesi air, komentar menyakitkan jika didengar terus menerus pada akhirnya akan melukai hati. Itulah yang dia alami. Komentar-komentar pedas dan miring melukai hatinya, mematahkan semangatnya hingga pada titik ia tidak lagi memiliki keinginan untuk hidup.
Ironi betapa sebuah mulut yang seharusnya tidak berbahaya bisa berpotensi mencabut nyawa seseorang.
Ironi betapa sebuah mulut yang seharusnya tidak berbahaya bisa berpotensi mencabut nyawa seseorang.
Banyak dari kita yang mengabaikan tanda-tanda depresi pada seseorang. Some people even bashing them for having depression.
"Ah biasa aja kali, kamunya aja yang terlalu mikirin"
"Baperan banget sih kamu"
"Kamu sih, apa-apa dipikirin. Gausah dipikirin banget lah"
Well, it's easy to say than actually do it, right? Kenyataannya susah banget. Ada beberapa orang yang untuk ngomongin apa yang dia rasain aja susah banget. Sebagian lainnya terlahir sebagai pribadi yang sensitif, baperan, moody.
Baca juga : Pertanyaan Template yang Bikin Makan Indomie
Kejadian malam itu membuat saya sadar betapa kadang kita tidak peka terhadap orang-orang di sekitar kita. Saatnya belajar menjadi pendengar yang baik
"Ah biasa aja kali, kamunya aja yang terlalu mikirin"
"Baperan banget sih kamu"
"Kamu sih, apa-apa dipikirin. Gausah dipikirin banget lah"
Well, it's easy to say than actually do it, right? Kenyataannya susah banget. Ada beberapa orang yang untuk ngomongin apa yang dia rasain aja susah banget. Sebagian lainnya terlahir sebagai pribadi yang sensitif, baperan, moody.
Baca juga : Pertanyaan Template yang Bikin Makan Indomie
Kejadian malam itu membuat saya sadar betapa kadang kita tidak peka terhadap orang-orang di sekitar kita. Saatnya belajar menjadi pendengar yang baik