Mungkin ini postingan #latepost. Tapi gapapa, daripada bulukan di draft.
Jadi ceritanya hari Sabtu sama Minggu (7-8 Nov) kemaren saya wara-wiri di acara #PWTDA. Buat yang belum tau, TDA alias Tangan di Atas itu sebuah komunitas yang isinya pengusaha-pengusaha Sumatera Barat. Jadi kebayang lah ya seperti apa serunya. Apalagi banyak komunitas-komunitas lain yang ngisi booth dan acara. Rame jadinya.
Hari Sabtu kebetulan saya juga ikut acara Marshmallow Release Party yang diadain komunitas Android Ranah Minang. Jadi saya gak fokus ke #PWTDA. Makanya hari Minggu saya puas puasin jajan di #PWTDA sampe perut gak menerima lagi.
Uniknya, jajan di #PWTDA ini gak pakai uang tunai, melainkan pake uang non tunai alias e-money. Agak ribet sih buat saya yang terbiasa pakai uang tunai. Karena sistem e-money ini harus punya kartu e-money nya dulu, kemudian isi saldonya, baru bisa dipake. Cukup ribet buat saya yang terbiasa megang uang tunai.
Tapi ya teteup, namanya pengen cip icip saya coba juga itu e-money nya.
Makanan pertama yang saya icip itu BBQ Skewer dari Palanta Roemah Kajoe. Porsi mini sih, soalnya PRK ini bikin mini palanta. Otomatis menunya porsi mini yang cocok buat dimakan sambil puter-puter bazar.
Jadi ceritanya hari Sabtu sama Minggu (7-8 Nov) kemaren saya wara-wiri di acara #PWTDA. Buat yang belum tau, TDA alias Tangan di Atas itu sebuah komunitas yang isinya pengusaha-pengusaha Sumatera Barat. Jadi kebayang lah ya seperti apa serunya. Apalagi banyak komunitas-komunitas lain yang ngisi booth dan acara. Rame jadinya.
Hari Sabtu kebetulan saya juga ikut acara Marshmallow Release Party yang diadain komunitas Android Ranah Minang. Jadi saya gak fokus ke #PWTDA. Makanya hari Minggu saya puas puasin jajan di #PWTDA sampe perut gak menerima lagi.
Uniknya, jajan di #PWTDA ini gak pakai uang tunai, melainkan pake uang non tunai alias e-money. Agak ribet sih buat saya yang terbiasa pakai uang tunai. Karena sistem e-money ini harus punya kartu e-money nya dulu, kemudian isi saldonya, baru bisa dipake. Cukup ribet buat saya yang terbiasa megang uang tunai.
Tapi ya teteup, namanya pengen cip icip saya coba juga itu e-money nya.
Makanan pertama yang saya icip itu BBQ Skewer dari Palanta Roemah Kajoe. Porsi mini sih, soalnya PRK ini bikin mini palanta. Otomatis menunya porsi mini yang cocok buat dimakan sambil puter-puter bazar.
Rasanya enak. Mirip-mirip sate madura which I really love! Sayang porsinya cuma tiga tusuk, jadi kurang puas deh. Tapi namanya juga porsi mini jadi ya isinya mini juga.
Yang kedua, saya icip ChocoCrazy dari IcePasco. Rasanya beda banget sama minuman cokelat yang sering saya minum. Bittersweet nya pas di lidah saya yang sering diserang rasa eneg setelah minum cokelat. Saya penyuka dark chocolate, sementara rata-rata minuman cokelat yang dijual di pasaran sudah diberi pemanis tambahan yang malah bikin saya enek. Mungkin kalau kepengeh minum cokelat lagi saya mampir ke IcePasco lagi.
Saya cuma sempat icip dua menu ini ajah. Sebenarnya ada beberapa menu lagi yang pengen saya icip. Waffle ice cream, aneka cemilan kampung, terus juga ada stand yang jual makanan korea. Saya lupa nama standnya. Cuma sewaktu saya pengen coba, mbak yang jaga stand bilang menunya pedes. Batal deh. Perut saya lagi gak toleran makanan pedas soalnya
Mungkin nanti saya langsung cari lokasi penjaja makanan-makanan yang ada di sini dan icip icip langsung.
Yang kedua, saya icip ChocoCrazy dari IcePasco. Rasanya beda banget sama minuman cokelat yang sering saya minum. Bittersweet nya pas di lidah saya yang sering diserang rasa eneg setelah minum cokelat. Saya penyuka dark chocolate, sementara rata-rata minuman cokelat yang dijual di pasaran sudah diberi pemanis tambahan yang malah bikin saya enek. Mungkin kalau kepengeh minum cokelat lagi saya mampir ke IcePasco lagi.
Saya cuma sempat icip dua menu ini ajah. Sebenarnya ada beberapa menu lagi yang pengen saya icip. Waffle ice cream, aneka cemilan kampung, terus juga ada stand yang jual makanan korea. Saya lupa nama standnya. Cuma sewaktu saya pengen coba, mbak yang jaga stand bilang menunya pedes. Batal deh. Perut saya lagi gak toleran makanan pedas soalnya
Mungkin nanti saya langsung cari lokasi penjaja makanan-makanan yang ada di sini dan icip icip langsung.
Jujur, saya jarang-jarang duduk ganteng di cafe, terutama kalo gak penting-penting banget. Saya tipe anak rumahan yang hobinya bawa bekal ke kampus. Jadi kalo ada yang nemuin saya lagi duduk ganteng di cafe, kemungkinan besar saya memang ada agenda di sana. Bukan sekedar duduk ganteng sambil ngupi cantik.
Tapi kali ini kasus khusus. Jadi ceritanya Senin kemaren saya punya jeda kuliah sekitar 3 jam lebih. Mono gatau mau ngapain akhirnya si bapak koor ngajak ke salah satu cafe yang katanya gak jauh-jauh amat dari kampus, namanya Friday Cafe & Resto yang letaknya di kawasan Pauh. Kalo dari Simpang Malintang, Pasbar tinggal lurus aja, entar juga nemu kok cafenya
Tapi kali ini kasus khusus. Jadi ceritanya Senin kemaren saya punya jeda kuliah sekitar 3 jam lebih. Mono gatau mau ngapain akhirnya si bapak koor ngajak ke salah satu cafe yang katanya gak jauh-jauh amat dari kampus, namanya Friday Cafe & Resto yang letaknya di kawasan Pauh. Kalo dari Simpang Malintang, Pasbar tinggal lurus aja, entar juga nemu kok cafenya
Jadi ceritanya beberapa hari yang lalu blog ini diutak atik seseorang karena saya bilang udah bosan dengan tampilan blog ini. Saya pengen tampilan yang lebih classy dan elegan. Tampilan yang memberi kesan pro pada blog ini, walaupun saya bukan blogger professional sebenarnya. Saya hanya merasa blog ini butuh penyegaran setelah sekian lama. Sayangnya hasil utak atik si tangan jahil ini kurang memuaskan saya, jadi saya memutuskan untuk mengubah semua hasil utak atiknya agar sesuai dengan keinginan saya.
So, ini adalah hasil utak atik saya. Saya lagi suka tema hitam-putih yang sepertinya cocok dengan blog ini. Tinggal mengganti header blog ini agar lebih sesuai dengan temanya. Saya sudah punya gambaran mengenai header ini, tinggal membuatnya saja yang belum. Semoga sempat
Demi menyelamatkan dompet dan isi rekening dari krisis akibat dollar yang udah mencapai angka Rp 14.000, saya memutuskan untuk membawa bekal ke kampus. Kayak anak sekolahan sih ya, tapi demi kesejahteraan perut dan dompet saya memutuskan unuk membawa bekal kalau ada kuliah sampai siang atau sore. Kalau cuma kuliah pagi doang mah mending makan di rumah. Dan begitulah, sejak awal kuliah semester ini saya jadi berbekal ria kayak anak TK.
Kemaren, emak memutuskan untuk mencoba membuat tahu to the next level, jadi bola-bola tahu. Caranya lumayan gampang, jadi saya sempat coba bikin sendiri dengan instruksi emak. Hasilnya lumayan masih layak dimakan kok.
Disclaimer first, ini #BukanPostinganBerbayar karena saya emang niat nulis ini sebagai bentuk terimakasih saya karena sudah diundang Inviz buat nyobain aplikasi barunya yang emang baru launching. Engga ada yang minta diposting juga sih :D
Jadi ceritanya beberapa waktu yang lalu ada postingan di grup SocMed Sumbar dari kak Nisa kalau ada undangan dari launching aplikasi barunya Inviz tanggal 2 Agustus kemaren. And so it goes, saya langsung bilang kak Nisa bakalan datang dan saya datang saya telat sepuluh menit dari waktu di undangan *kebiasaan*
Ternyata yang datang lumayan banyak juga. Semuanya dari berbagai komunitas, dan semua yang dateng wajahnya udah familiar buat saya.
Anyway sebelum kita bebas berkaraoke ria kita dikasih sedikit penjelasan sama manager Inviz soal aplikasi barunya.
Penulis : Mahir Pradana
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2010
Tebal : 196 halaman
Format : Paperback
ISBN : 978-979-780-449-7
Suatu saat, cinta itu pernah ada. Dan aku melihatnya pergi tanpa sempat kucegah sama kucegah sama sekali.
Sejak hari itu, hari-hari terasa sulit untuk dijalani. Aku bahkan sulit untuk tersenyum pada bayanganku sendiri di cermin--karena saat itu aku tahu, hanya aku sendiri yang terlihat di situ. Meskipun kedengarannya tak masuk akal, sering aku berharap bisa membalikkan waktu. Aku bahkan bersedia memberikan apa saja supaya bisa mengucapkan apa yang selama ini terpendam begitu saja di hati.
Suatu saat, cinta itu pergi. Menyisakan sejuta penyesalan karena tak cukup sigap menahannya tetap berada di sini.
Suatu saat, cinta itu pernah ada. Dan aku melihatnya pergi tanpa sempat kucegah sama kucegah sama sekali.
Sejak hari itu, hari-hari terasa sulit untuk dijalani. Aku bahkan sulit untuk tersenyum pada bayanganku sendiri di cermin--karena saat itu aku tahu, hanya aku sendiri yang terlihat di situ. Meskipun kedengarannya tak masuk akal, sering aku berharap bisa membalikkan waktu. Aku bahkan bersedia memberikan apa saja supaya bisa mengucapkan apa yang selama ini terpendam begitu saja di hati.
Suatu saat, cinta itu pergi. Menyisakan sejuta penyesalan karena tak cukup sigap menahannya tetap berada di sini.
Sebenernya saya sudah beberapa kali ke Jamrhutfood ini. Cuma baru sekarang kepikiran buat nge-review salah satu tempat nongkrong cakep kota Padang ini. Jadi mumpung lagi duduk ganteng di Jamrhutfood yah sekalian aja saya review tempatnya. Toh, owner-nya udah kasih izin.
Jamrhutfood berlokasi di Jalan Rokan, masih di sekitaran GOR H. Agus Salim. Paling enak tuh masuknya dari SMTI (Jalan Juanda), karena tinggal jalan beberapa menit dari gang di samping SMTI itu. Ada plangnya lumayan gede yang langsung kelihatan. Insya Allah gak bakalan nyasar. Tapi kalau masih nyasar juga, silahkan andalkan Google Map dan doa.
Seperti namanya, andalan cafe ini emang olahan jamur dan yoghurt. Meski demikian masih ada menu-menu lain seperti susu, kefir, eskrim, spaghetti, sampai nasi. Nah kali ini karena saya gak terlalu lapar awalnya saya cuma pesan Chocolate Yoghurt with Frappe ajah. Kemudian karena katanya ada menu baru saya jadi penasaran dan memesan Waffle Cup Ice Cream.
Saya bukan penggemar yoghurt. Malah saya jarang banget mengonsumsi yoghurt. Padahal yoghurt itu punya manfaat yang baik buat kesehatan lho. Bisa dibilang ini pertama kalinya saya nyobain yoghurt selain yak*lt, dan ternyata enak! Rasa Chocolate Yoghurt with Frappe ini cukup manis karena perisa cokelatnya, tapi rasa khas yoghurt yang asam tetap terasa. Awalnya saya pikir saya bakalan enek setelah minum ini, karena saya tidak terlalu suka dengan rasa asam. Tapi ternyata yoghurt ini bisa saya nikmati sampai habis. Jadi buat yang belum terbiasa sama yoghurt, Chocolate Yoghurt with Frappe ini recommended buat dicoba.
Menu kedua yang saya coba, Waffle Cup Ice Cream, adalah menu baru di Jamrhutfood. Dan karena bulan puasa kemaren saya sempat booking meja saya jadi dapat potongan harga buat setiap menu barunya Jamrhutfood termasuk Waffle Cup Ice Cream. Rejeki anak sholeh emang gak kemana.
Waffle Cup Ice Cream ini adalah eskrim dalam sebuah cup terbuat dari waffle yang diberi garnish buah, biskuit stik, permen cokelat aneka warna, dan coklat bubuk. Tampilannya unyu banget. Apalagi pesanan saya eskrimnya rasa stroberi. Bikin tampilannya jadi makin unyu.
Rasanya juga enak, gak kalah sama Chocolate Yoghurt with Frappe yang saya pesan pertama. Eskrimnya segar dan mouthgasming, garnish-nya juga bisa dimakan, jadi gak ada yang mubazir. Wafflenya crunchy dan renyah banget, plus taburan cokelat bubuk. Sayang saya makannya agak belepotan, soalnya bingung mau makan eskrimnya dulu atau wafflenya dulu. Enak banget soalnya. Gak nyesel belinya.
Oh iya, soal harga, Jamrhufood ini dompet-able lho. Gak ada menu-menu yang harganya di atas Rp 20.000. Semuanya berkisar antara 5.000-20.000 rupiah. Jadi buat yang jajannya pas-pasan masih bisa nongkrong cakep di sini tanpa khawatir dompet bakalan jebol. Kamu masih bisa nabung buat masa depan kamu dan si dia kok.
[PROs]
Price:
Chocolate Yoghurt with Frappe - Rp 15.000
Waffle Cup Ice Cream - Rp 15.000
[Jamrhutfood Jamur & Yoghurt]
Jalan Rokan nomor 6 - GOR H. Agus Salim Padang
Jamrhutfood berlokasi di Jalan Rokan, masih di sekitaran GOR H. Agus Salim. Paling enak tuh masuknya dari SMTI (Jalan Juanda), karena tinggal jalan beberapa menit dari gang di samping SMTI itu. Ada plangnya lumayan gede yang langsung kelihatan. Insya Allah gak bakalan nyasar. Tapi kalau masih nyasar juga, silahkan andalkan Google Map dan doa.
meja-mejanya di teras gitu |
spot yang ini cocok banget buat nge date dengan si dia |
Saya bukan penggemar yoghurt. Malah saya jarang banget mengonsumsi yoghurt. Padahal yoghurt itu punya manfaat yang baik buat kesehatan lho. Bisa dibilang ini pertama kalinya saya nyobain yoghurt selain yak*lt, dan ternyata enak! Rasa Chocolate Yoghurt with Frappe ini cukup manis karena perisa cokelatnya, tapi rasa khas yoghurt yang asam tetap terasa. Awalnya saya pikir saya bakalan enek setelah minum ini, karena saya tidak terlalu suka dengan rasa asam. Tapi ternyata yoghurt ini bisa saya nikmati sampai habis. Jadi buat yang belum terbiasa sama yoghurt, Chocolate Yoghurt with Frappe ini recommended buat dicoba.
Waffle Cup Ice Cream ini adalah eskrim dalam sebuah cup terbuat dari waffle yang diberi garnish buah, biskuit stik, permen cokelat aneka warna, dan coklat bubuk. Tampilannya unyu banget. Apalagi pesanan saya eskrimnya rasa stroberi. Bikin tampilannya jadi makin unyu.
Oh iya, soal harga, Jamrhufood ini dompet-able lho. Gak ada menu-menu yang harganya di atas Rp 20.000. Semuanya berkisar antara 5.000-20.000 rupiah. Jadi buat yang jajannya pas-pasan masih bisa nongkrong cakep di sini tanpa khawatir dompet bakalan jebol. Kamu masih bisa nabung buat masa depan kamu dan si dia kok.
[PROs]
- Menu-menunya gak mahal tapi tetap enak
- Suasananya outdoor, cocok buat nge-date sama si dia
- Lokasinya gampang dicari
- Jauh dari jalan raya, gak bising
[CONs]
- Karena outdoor jadi beresiko kalau hujan. Tapi sejauh ini saya gak pernah ke sana pas hujan jadi kurang tau kondisinya gimana kalau hujan
- Kalau gak pake kendaraan pribadi butuh usaha beberapa menit jalan kaki buat mencapai tempat ini
- Tempat parkirnya minim, dan agak susah mengawasi kendaraan dari tempat kita duduk (saya duduk di teras, jadi ketutupan pagar)
- Tisunya dikit. Haha jadi kita dikasih tisu beberapa buah ajah gitu gak ditarok sekotak per meja. Lah pan saya makannya belepotan butuh banyak tisu XD
Chocolate Yoghurt with Frappe - Rp 15.000
Waffle Cup Ice Cream - Rp 15.000
[Jamrhutfood Jamur & Yoghurt]
Jalan Rokan nomor 6 - GOR H. Agus Salim Padang
Selama semester empat kemaren saya benar-benar dibuat sibuk dengan mata kuliah-mata kuliah yang seluruhnya membutuhkan pemahaman mendalam mengenai aplikasi materi yang diajarkan. Bahkan, selama setengah semester terakhir setelah UTS hanya tiga mata kuliah yang kelasnya saya hadiri. Selebihnya? Praktikum. Entah itu ke kantor, ke sekolah, pokoknya ke lapangan. Ke kampus hanya buat nganter laporan atau revisian sama asisten labor.
Jadi kalau ada yang melihat saya selama kuliah seperti kurang tidur, stres, kurusan walaupun dari dulu emang kurus, yah itu efek dari praktikum yang bikin saya jadi kalong. Bahkan saya sempat datang UAS di tiga puluh menit terakhir, lupa jadwal saking lelahnya. Tapi alhamdulillah nilai-nilai saya memuaskan, usaha gak bakal mengkhianati hasil.
Anyway, itu sebabnya selama bulan Ramadhan kemaren saya cuma keluar rumah tiga kali (kalo jajan takjil ke warung depan gak dihitung). Bawaannya pengen di rumah ajah. Jadi begitu selesai lebaran saya langsung nyari-nyari kesempatan buat jalan-jalan keluar rumah. I need some fresh air.
Nah kebetulan, anak-anak Palanta ngajakin piknik. Sebenarnya udah dari awal tahun pada ngajakin piknik. Tapi apa daya baru sekarang kesampaian. Mungkin karena udah pada sumpek ama kesibukan masing-masing, mulai bosan dengan kopdar ala ngopi ganteng di kafe, dan butuh udara segar akhirnya semua sepakat buat piknik.
P.s. semua foto diambil pakai kamera hape kak FhiaFT dan dicomot dari twitter @BloggerPalanta dan @InfoSumbar
Anyway, niatnya saya cuma mau bawa nasi aja karena kak Fhia udah berbaik hati bikinin sambal telor goreng balado buat kita-kita. Tapi ketika saya beberes mau berangkat tetiba emak menyuruh saya membawa gado-gado yang baru kemaren dibikin. Yasudah, saya cuma bawa gado-gado ajah dengan asumsi gak bakal makan nasi karena udah disuruh emak makan dulu sebelum berangkat. Sayang gado-gadonya gak sempat difoto. Lupa!
Nyampe di lokasi ternyata udah kak FhiaFT, bang Superemen, Bang Ferdi, Daddy Aul, bang Ikbal, sama bang Hafiz. Gak lama kemudian dateng Rita sama kak Titi. Yasud, kitamakan foto-foto dulu.
Bekal yang dibawa lumayan banyak, selain semuanya pada bawa nasi dan saya bawa gado-gado, kak FhiaFT bawa sambal telor goreng balado, kak Titi bawa puding ala kaefci, sayur buatan kak Lala dan aneka macam cemilan.
Awalnya engga niat makan, mau cemal-cemil ajah. Eh ngeliat pada makan akhirnya minta nasi juga *dikeplak* tapi dasar perutnya kecil ya makannya seuprit. Gapapa, yang penting makan. Alhamdulillah semua pada suka gado-gadonya. Terus habis makan kita ngapain? Foto-foto lagi.
Habis itu pada main boyan (ayunan). Saya juga ikutan, tapi karena boyannya lumayan tinggi jadi yah duduk manis ajah sambil foto-foto
Nyampe di lokasi ternyata udah kak FhiaFT, bang Superemen, Bang Ferdi, Daddy Aul, bang Ikbal, sama bang Hafiz. Gak lama kemudian dateng Rita sama kak Titi. Yasud, kita
Bekal yang dibawa lumayan banyak, selain semuanya pada bawa nasi dan saya bawa gado-gado, kak FhiaFT bawa sambal telor goreng balado, kak Titi bawa puding ala kaefci, sayur buatan kak Lala dan aneka macam cemilan.
Awalnya engga niat makan, mau cemal-cemil ajah. Eh ngeliat pada makan akhirnya minta nasi juga *dikeplak* tapi dasar perutnya kecil ya makannya seuprit. Gapapa, yang penting makan. Alhamdulillah semua pada suka gado-gadonya. Terus habis makan kita ngapain? Foto-foto lagi.
Sehabis foto-foto kita beberes, bersihin sampah-sampah buat entar dibuang di tempat sampah terdekat. Blogger yang baik dan benar itu ya begitu.
buanglah |
Abis itu kita move on ke salah satu tempat ngopi ganteng kota Padang, Rimbun Espresso Coffe and Brew. Yang mau review-annya boleh tengok postingan kak FhiaFT yang ini. Kita nongki hore di lantai dua sambil ngobrol ngalor ngidul. Yang diobrolin macem-macem. Tapi sebelum ngobrol seperti biasa ritual dulu. Numpuk gadget di tengah meja biar gak ada yang mantengin timeline mantan layar hape.
Seru banget seharian bisa kopdar lagi sama Palanta. Sayang pas pulang ternyata hujan dan payung saya tertinggal. Jadi lumayan, pulangnya basah unyu. Anyway semoga ada #PalantaPiknik season 2 dan selanjutnya.
Swadeekhap *eh |
cover edisi pertama diambil dari Google.com |
Judul : Mahabharata
Penulis : Nyoman S. Pendit
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Desember 2014, edisi ketujuh
Tebal : 389 halaman
Format : Paperback
ISBN : 978-602-03-1135-7
"Kakek yang kuhormati, aku tahu aku ini anak Dewi Kunti, bukan anak sais kereta. Tetapi, aku berutang budi kepada Duryodhana, aku hidup dan makan dari hasil bumi milik Kaurawa. Aku harus jujur kepadanya dan menepati janjiku sebagai kesatria. Tidak mungkin bagiku untuk menyeberang ke pihak Pandawa sekarang. Ijinkan aku membalas jasa Duryodhana dengan jiwaku. Ijinkan aku melunasi utangku terhadap kepercayaan dan cintanya kepadaku. Engkau pasti memahami ini dan memaafkan aku. Aku mohon restumu," kata Karna kepada Bhisma.
Bhisma memahami jiwa besar dan keluhuran budi Karna. Ia membenarkan apa yang diucapkan Karna dan berkata, "Jika memang demikian ketetapan hatimu, lakukan sebaik-baiknya. Sebab itulah yang paling pantas kaulakukan."
Itulah sikap yang diambil Karna sebelum maju ke padang Kurukshetra untuk melawan Arjuna, adiknya seibu. Meski tahu Kaurawa berada di pihak yang salah, Karna yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan dan tahu membalas budi menyatakan memihak Kaurawa yang telah mengangkatnya sebagai saudara dan membesarkan namanya.
***
Buat yang sempat terserang demam India tentu tau cuplikan dialog ini. Iyah, saya juga terserang demam India dan sempat nge-fans berat dengan Shaheer Sheikh, pemeran Arjuna di serial Mahabharata yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta. Walau begitu saya tidak mengikuti serialnya karena sering ketinggalan. Makanya, begitu saya melihat buku ini di jajaran rak toko buku Gramedia, saya langsung mengambil buku ini tanpa pikir panjang. Hitung-hitung sebagai kompensasi karena saya tidak mengikuti serialnya di televisi.
Novel ini cukup lengkap menceritakan epos Mahabharata yang sejatinya adalah sebuah karya sastra kuno India, mulai dari kisah para leluhur Pandawa dan Kaurawa hingga perang Bharatayudha di medan Kurukshetra. Meski di beberapa bagian saya merasa seperti ada blackhole di antara keseluruhan cerita, namun hal itu sama sekali tidak menghilangkan benang merah yang menghubungkan keseluruhan cerita.
Epos asli Mahabharata sendiri terdiri atas delapan belas kitab (dari wikipedia), cukup panjang dan (mengutip kata udarian) butuh waktu bertahun-tahun untuk menamatkannya. Jadi saya tidak masalah meski harus sedikit penasaran pada beberapa bagian yang bolong-bolong. Seperti kisah Arjuna yang dikutuk menjadi banci karena menolak cinta Urwasi atau kisah pernikahan Bhimasena dengan raksasa Hidimbi.
Bagian favorit saya adalah saat-saat Draupadi diseret ke persidangan oleh Duhsasana setelah Yudhistira kalah bermain judi dadu.
"Draupadi bangkit. Dengan perasaan sedih bercampur benci ia berlari mencari tempat berlindung. Ia bersembunyi di dalam kamar Permaisuri Raja Dritarastra. Tetapi Duhsasana mengejarnya, menyergapnya, dan menyeret Draupadi ke ruang permainan. Setibanya di sana, sambil menekan perasaannya, Draupadi berkata kepada mereka yang lebih tua, 'Bagaimana mungkin Tuan-Tuan membiarkan diriku dijadikan taruhan oleh orang yang telah kalah berjudi? Bukankah penjudi adalah manusia-manusia jahat yang ahli tipu-menipu? Karena suamiku sudah menjadi budak gara-gara kalah berjudi, ia buka manusia bebas lagi dan karena itu ia tak berhak mempertaruhkan aku.'" - halaman 133
Baca novel historical (apalagi berdasarkan sastra kuno) emang bikin njelimet dan pusing sendiri. Butuh waktu sekitar dua hari bagi saya untuk menyelesaikan novel ini, terlalu banyak flashback, sumpah, dan kutuk. Kalau kata adek saya inti cerita Mahabharata itu "semua saling sumpah, semua saling bunuh, semuanya mati". Adek saya sarkasnya emang kebangetan.
Saya bukan seorang Hindu, tapi saya menyukai keindahan sastra Hindu, terutama Mahabharata dan Ramayana. Apalagi kedua kisah tersebut sudah menjadi bagian budaya pewayangan Indonesia dan saya sendiri sudah sering mendengar potongan-potongan kisahnya.
"Ibu, aku berjanji tidak akan membunuh anak-anakmu yang lain, apa pun yang mereka perbuat terhadap diriku. Wahai ibu para kesatria, anakmu takkan berkurang, tetap lima. Salah satu dari kami, aku atau Arjuna, akan tetap hidup setelah perang usai." - Karna kepada Dewi Kunti, halaman 260
dedicated to reading challenge
Tiga bulan yang lalu saya mematahkan kacamata yang sudah saya pakai sejak kuliah. Lensanya lepas, untung tidak sampai pecah. Hari itu juga saya langsung meminta bokap membelikan kacamata baru. Sayangnya, butuh waktu beberapa jam hingga pesanan kacamata saya selesai. Saya pesan kacamatanya jam 1 siang, namun baru bisa diambil sekitar jam 7 malam. Artinya dalam waktu sekitar enam jam saya tidak bisa melihat apa-apa karena saya sama sekali tidak punya kacamata cadangan. Semuanya buram. Saya tidak bisa melihat jam dinding, mengetik di laptop, ataupun menonton tv. Akhirnya saya cuma bisa mantengin hape dengan emosi jiwa.
Mata saya minusnya udah diatas empat, persisnya saya udah lupa. Terakhir kali periksa mata saya sempat minta izin sama dokternya untuk pakai softlens saja karena mata saya mulai terasa berat ketika memakai kacamata. Namun apa daya, dokter saya melarang karena takut mata saya terinfeksi kuman seperti yang terjadi pada beberapa pasiennya. Beberapa pasien dokter saya bahkan ada yang nyaris buta karena terinfeksi kuman softlens yang tidak dijaga kebersihannya. Saya parno sendiri, dan akhirnya membatalkan niat membeli softlens.
Nah, kemaren saya secara tidak sengaja mematahkan kacamata saya (lagi!) yang usianya baru tiga bulan. Bingkainya patah dan lensanya lepas. Kali ini saya terpaksa seharian tanpa kacamata, dari pagi hingga malam. Lagi-lagi saya jadi emosi jiwa karena terpaksa melakukan ini itu tanpa kacamata. Semuanya jadi buram. Bahkan saya terpaksa masak tanpa kacamata yang jelas penyiksaan. Kalo masakannya gosong saya kudu piye dong. Untungnya tidak ada insiden masakan gosong.
Buat saya, kacamata udah jadi bagian penting hidup saya. Saya gak bisa apa-apa kalau gak pakai kacamata. Saya bisa panik setengah mati kalau kacamata saya hilang atau rusak seperti kejadian kemaren. Jika saya melepas kacamata saya beberapa jam saja, saya bisa sakit kepala dan stres sendiri. Ini jadi pelajaran tersendiri buat saya untuk tidak teledor menjaga kacamata saya. Saya gak mau ganti kacamata lagi dalam waktu dekat, belum bosan sama model kacamatanya. Haha
Kacamata yang baru, semoga usianya panjang umur dan tahan lama |
cover diambil dari Goodreads.com |
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013, edisi kesebelas
Tebal : 264 halaman
Format : Paperback
ISBN : 978-979-22-5780-9
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikanku makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggukkan dari tangkai pohonnya.
***
Apa jadinya jika seorang gadis menyukai seorang pria yang usianya jauh lebih tua darinya? Bingung? Merasa aneh? Atau malah jijik?
Ini buku kedua Tere Liye yang saya baca setelah Hafalan Shalat Delisa. Jujur saya akui Tere Liye punya kemampuan penulisan cerita yang bagus. Hafalan Shalat Delisa pun sampai sekarang masih menjadi salah satu novel kesukaan saya. Sayang saya baru sempat membaca dua dari banyaknya novel yang telah ditulis Tere Liye.
Judul novel ini lumayan panjang, jadi saya akan menyingkatnya dengan DYJTPMA (panjang juga sih jadinya). DYTJPMA ini bercerita tentang sebuah keluarga yang diselamatkan dari jurang kemiskinan oleh seorang pemuda yang kemudian menjadi bagian dari keluarga tersebut. Pusat cerita ini adalah Tania -- tokoh utama sekaligus pencerita dalam kisah ini, Danar si malaikat penolong, Ratna, serta Dede yang menjadi tokoh kunci dalam lingkaran konflik dalam cerita ini.
Konflik dalam novel ini berpusat pada perasaan Tania kepada Danar yang usianya jauh lebih tua empat belas tahun dibanding dirinya. Konflik semakin besar dengan kehadiran Ratna yang kemudian diperistri oleh Danar, menyebabkan hubungan Tania dan Danar renggang seketika.
Jujur, kalau saya tidak berkuliah di jurusan Psikologi, saya pasti akan mengira Danar adalah seorang pedofil di akhir cerita, karena menyukai Tania yang ketika awal bertemu masih berusia belasan. Tapi mari kita koreksi. Pedofil adalah seseorang yang memiliki ketertarikan secara seksual terhadap anak di bawah umur. Lantas apakah Danar seorang pedofil? Tentu tidak, karena hingga akhir cerita sama sekali tidak ada bagian dimana Danar menunjukkan ketertarikan secara seksual kepada Tania. Jadi dapat kita klarifikasi kalau Danar sama sekali bukan pedofil.
Hanya saja, saya sedikit bingung dengan alur cerita dalam novel ini yang maju mundur. Terlebih cerita ini hanya menyampaikan sudut pandang Tania, mengesampingkan sudut pandang Danar ataupun Dede yang juga menjadi tokoh utama. Sehingga sulit bagi saya membayangkan apa yang dirasakan Danar, atau perasaan Dede yang menyimpan potongan puzzle permasalahan mereka.
Satu lagi yang membuat saya sedikit sebal adalah ide tentang seorang bocah yang menyukai laki-laki yang jauh lebih dewasa atau sebaliknya. Bukan karena permasalahan usia yang terentang jauh, tapi lebih kepada konsep suka-sayang-kagum-cinta yang memang tipis sekali bedanya (akan saya bahas kapan-kapan). Saya merasa bahwa perasaan yang dirasakan Tania terhadap Danar tak lebih dari sekedar rasa kagum yang kemudian disalahartikan menjadi rasa cinta. Tania menganggap Danar sebagai sosok yang demikian sempurna, sosok malaikat yang telah menyelamatkan hidup mereka dari keterpurukan.
Begitupun Danar, sulit bagi saya membayangkan sosok seorang "kakak" yang menyukai "adik"nya meski mereka bukan saudara kandung. Yah, walaupun zaman sekarang banyak kasus "kakak-adik zone" tapi tetap saja sulit bagi saya membayangkannya. Mungkin jika Danar bertemu Tania yang sudah berusia dua puluhan saya akan merasa biasa saja. Karena dalam kehidupan nyata pun ada banyak sekali pasangan yang usianya terpaut belasan tahun, bahkan lebih. Tapi ide menyukai bocah belasan tahun yang sudah dianggap adik sedikit mengganggu saya. Bagaimana mungkin status seorang "adik" bisa berubah menjadi "kekasih"?
Tapi tetap saja, Tere Liye punya gaya penceritaan yang bagus, mampu menghanyutkan pembaca.
Jujur, kalau saya tidak berkuliah di jurusan Psikologi, saya pasti akan mengira Danar adalah seorang pedofil di akhir cerita, karena menyukai Tania yang ketika awal bertemu masih berusia belasan. Tapi mari kita koreksi. Pedofil adalah seseorang yang memiliki ketertarikan secara seksual terhadap anak di bawah umur. Lantas apakah Danar seorang pedofil? Tentu tidak, karena hingga akhir cerita sama sekali tidak ada bagian dimana Danar menunjukkan ketertarikan secara seksual kepada Tania. Jadi dapat kita klarifikasi kalau Danar sama sekali bukan pedofil.
Hanya saja, saya sedikit bingung dengan alur cerita dalam novel ini yang maju mundur. Terlebih cerita ini hanya menyampaikan sudut pandang Tania, mengesampingkan sudut pandang Danar ataupun Dede yang juga menjadi tokoh utama. Sehingga sulit bagi saya membayangkan apa yang dirasakan Danar, atau perasaan Dede yang menyimpan potongan puzzle permasalahan mereka.
Satu lagi yang membuat saya sedikit sebal adalah ide tentang seorang bocah yang menyukai laki-laki yang jauh lebih dewasa atau sebaliknya. Bukan karena permasalahan usia yang terentang jauh, tapi lebih kepada konsep suka-sayang-kagum-cinta yang memang tipis sekali bedanya (akan saya bahas kapan-kapan). Saya merasa bahwa perasaan yang dirasakan Tania terhadap Danar tak lebih dari sekedar rasa kagum yang kemudian disalahartikan menjadi rasa cinta. Tania menganggap Danar sebagai sosok yang demikian sempurna, sosok malaikat yang telah menyelamatkan hidup mereka dari keterpurukan.
Begitupun Danar, sulit bagi saya membayangkan sosok seorang "kakak" yang menyukai "adik"nya meski mereka bukan saudara kandung. Yah, walaupun zaman sekarang banyak kasus "kakak-adik zone" tapi tetap saja sulit bagi saya membayangkannya. Mungkin jika Danar bertemu Tania yang sudah berusia dua puluhan saya akan merasa biasa saja. Karena dalam kehidupan nyata pun ada banyak sekali pasangan yang usianya terpaut belasan tahun, bahkan lebih. Tapi ide menyukai bocah belasan tahun yang sudah dianggap adik sedikit mengganggu saya. Bagaimana mungkin status seorang "adik" bisa berubah menjadi "kekasih"?
Tapi tetap saja, Tere Liye punya gaya penceritaan yang bagus, mampu menghanyutkan pembaca.
"Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewwat kejadian yang sedih dan menyakitkan" - halaman 196
Bukan, postingan ini bukan postingan pengumuman saya akan menikah dalam waktu dekat. Sama sekali bukan. Kalau yang itu masih jauh. Saya belum wisuda soalnya. Haha :D Tapi entar kalo nikah mungkin bakalan saya buat postingannya. Mungkin *digaplok*
kalau nikah mau banget dikasih henna begitu di tangan *walaupun kata temen gue mirip tato jaman firaun* *emang iya sih* *abaikan* |
Jadi ceritanya saya semester ini dengan polosnya *halah* ngambil matkul Psikologi Keluarga hanya karena ogah ngambil matkul PPSDM, sementara saya paling engga kudu milih salah satu dari dua matkul pilihan itu untuk semester ini *dosennya nyuruh gitu*. Jadi yaudah, saya ngambil Psikologi Keluarga ajah dengan harapan bisa belajar jadi konselor buat keluarga. Gitu.
Ternyata oh ternyata di awal-awal kuliah saya malah disodorkan dengan materi yang kebanyakan isinya adalah "How to Find Your Mr. Right" a.k.a "Bagaimana Cara Mendapatkan Pasangan yang Baik" dan apapun itu istilahnya. Dan setiap kuliah sering jadi ajang curhat terselubung, entah kita yang mahasiwa curhat soal pasangan *bukan saya*, atau malah dosennya yang curhat terselubung *soalnya baru nikah* *baru punya anak juga*
Kegalauan tidak berhenti begitu saja. Kegalauan saya yang sebenarnya baru dimulai ketika dosen saya memeberikan tugas untuk nilai UTS berupa bagan perencanaan pernikahan. PERENCANAAN PERNIKAHAN! PERENCANAAN.... aah sudahalah. Intinya begitu.
Honestly saya engga pernah memikirikan masalah nikah secara serius sampai detik itu. Hanya selintas saja ketika orang tua saya sedikit mengungkit masalah percintaan saya yang kemudian menyerempet ke masalah nikah. Atau ketika saya menanyakan soal keinginan saya melanjutkan studi S2 profesi begitu studi S1 selesai kepada mereka. Sama sekali tidak pernah memikirkan soal nikah secara serius begini. I am still 19, dewasa awal aja belom. Ngahahahahaha
Tapi gara-gara tugas UTS itu saya jadi mikir panjang soal nikah, bagian dari tugas juga sih sebenarnya. Dan saya mulai nanya sana sini perihal nikah. Mulai dari nanya orangtua, temen, sampe nanyain anak-anak Palanta dan sukses bikin mereka galau.
Tapi dari tugas itu saya jadi tau, nikah itu gak semudah yangdi tv kelihatannya. Banyak perencanaan dan butuh komitmen yang besar. Saking gak mudahnya untuk menikah arsy Allah sampai bergetar ketika seorang laki-laki mengucapkan ijab qabul saat akad nikah. Itu sebabnya menikah disebut menyempurnakan separuh agama.
Well, saya sih masih memilih ngambil S2 dulu sebelum nikah. Maunya, cuma ya gak tau juga hahahaha. Setengah hati pengen kerja dulu, setengahnya lagi pengen S2 dulu, setengahnya lagi pengen backpacking *yang ini gak mungkin dibolehin emak*. Tapi yaaah gara-gara tugas ini jadi kepikiran juga soal nikah. Sewaktu saya membuat tugas bagan perencanaan itu pun saya sempat nyeletuk asal ke teman saya, kalau misalnya ada yang ngajak saya nikah abis sidang skripsi dan emak saya ngebolehin, saya mah hayuk. Tapi engga ah, saya masih pengen ngejar S2 profesi.
Ternyata oh ternyata di awal-awal kuliah saya malah disodorkan dengan materi yang kebanyakan isinya adalah "How to Find Your Mr. Right" a.k.a "Bagaimana Cara Mendapatkan Pasangan yang Baik" dan apapun itu istilahnya. Dan setiap kuliah sering jadi ajang curhat terselubung, entah kita yang mahasiwa curhat soal pasangan *bukan saya*, atau malah dosennya yang curhat terselubung *soalnya baru nikah* *baru punya anak juga*
Kegalauan tidak berhenti begitu saja. Kegalauan saya yang sebenarnya baru dimulai ketika dosen saya memeberikan tugas untuk nilai UTS berupa bagan perencanaan pernikahan. PERENCANAAN PERNIKAHAN! PERENCANAAN.... aah sudahalah. Intinya begitu.
Honestly saya engga pernah memikirikan masalah nikah secara serius sampai detik itu. Hanya selintas saja ketika orang tua saya sedikit mengungkit masalah percintaan saya yang kemudian menyerempet ke masalah nikah. Atau ketika saya menanyakan soal keinginan saya melanjutkan studi S2 profesi begitu studi S1 selesai kepada mereka. Sama sekali tidak pernah memikirkan soal nikah secara serius begini. I am still 19, dewasa awal aja belom. Ngahahahahaha
Tapi gara-gara tugas UTS itu saya jadi mikir panjang soal nikah, bagian dari tugas juga sih sebenarnya. Dan saya mulai nanya sana sini perihal nikah. Mulai dari nanya orangtua, temen, sampe nanyain anak-anak Palanta dan sukses bikin mereka galau.
Tapi dari tugas itu saya jadi tau, nikah itu gak semudah yang
Well, saya sih masih memilih ngambil S2 dulu sebelum nikah. Maunya, cuma ya gak tau juga hahahaha. Setengah hati pengen kerja dulu, setengahnya lagi pengen S2 dulu, setengahnya lagi pengen backpacking *yang ini gak mungkin dibolehin emak*. Tapi yaaah gara-gara tugas ini jadi kepikiran juga soal nikah. Sewaktu saya membuat tugas bagan perencanaan itu pun saya sempat nyeletuk asal ke teman saya, kalau misalnya ada yang ngajak saya nikah abis sidang skripsi dan emak saya ngebolehin, saya mah hayuk. Tapi engga ah, saya masih pengen ngejar S2 profesi.
Cover diambil dari Goodreads.com |
Penulis : Sanie B. Kuncoro
Penerbit : Pustaka Populer
Tahun Terbit : 2013, edisi kedua
Tebal : 192 halaman
Format : Paperback
ISBN : 978-602-7888-49-4
Impianku, seorang Jingga, hanya sederhana. Memiliki sebuah rumah di tepi pantai berkarang dengan jajaran pohon kelapa dan palem. Lalu, aku akan membuat sebuah kafe, lengkap dengan perpustakaan di teras. Di situ, aku akan menerima para petualang dari segala penjuru bumi, yang datang dan pergi serta membawa cerita yang menggugah hati.
Akan tetapi, ketika satu permintaannya itu harus kupenuhi, hatiku berontak. Adakah cinta yang nyata di dunia ini?
***
Awalnya saya pikir ini novel. Soalnya sinopsisnya sama sekali nggak menunjukkan buku ini kumpulan cerpen. Dicantumkan kalau buku ini kumcer di covernya aja engga. Jadi ya pas beli saya sejenis ketipu gitu deh. Tapi gak nyesel kok ketipunya :D cerita-cerita yang disajikan worth it banget buat saya.
Sepertinya saya nggak bisa bilang buku ini kumcer deh, soalnya cuma ada tiga cerita yaitu The Desert Dream, Jingga, dan Mimpi Bayang. Saya rasa lebih tepat kalau disebut kumpulan novelet, karena rata-rata panjang ceritanya sekitar 50-an halaman buku ini. Kalau judulnya sih jelas, diambil dari dua cerita tadi, Mimpi Bayang dan Jingga.
Tema yang diangkat Sanie simpel sih. The Desert Dream tentang perselingkuhan, Jingga tentang 'si kaya dan si biasa aja', Mimpi Bayang tentang keegoisan (which is, kayaknya yang paling rumit). Endingnya juga sedikit klise. Buat saya udah ketebak. Baca endingnya itu kayak.... "tuh kan, endingnya begitu kan". Gitu.
Anyway saya suka cover bukunya yang eye-catching dan sinopsisnya yang mengesankan buku ini bukan kumcer. Sedikit kecewa sih, karena saya pikir cerita dalam buku ini saling berkaitan. Tapi ternyata engga. Meski demikian ceritanya tetap bagus kok. Gak rugi kalau baca :D
"Setiap orang akan mendapatkan sejumlah sesuatu sesuai bagiannya. Ketika Yang Maha Esa menganugerahkan kelimpahan, sesungguhnya Dia memberi kita kesempatan untuk berbagi. Tapi, ketika itu tidak juga kita lakukan, maka Yang Maha Esa pula yang akan mengambil kembali kelebihan itu dengan caranya sendiri" - The Dessert Dreams, hal 17
Fix. Saya menelantarkan blog ini sebulan lebih (udah mau dua bulan malah). Tepatnya sejak saya menghadiri Muskerwil ILMPI di Riau kemaren (kapan-kapan saya bahas) sampe saya masuk kuliah lagi saya gak nyentuh blog ini. Apalagi sejak tugas kuliah menggila dan proker ILMPI harus segera saya jalankan *cieee*. Bisa napas rileks bentar aja sukur wkwk :)))) Untungnya banyak temen yang bikin otak saya tetap berada ditempatnya, jadi alhamdulillah saya belum beralih dari mahasiswa menjadi klien bagi dosen saya *ini apa*
So how am I? Still breathing and (I think) alive huahahahaha :D too much things happens but I am basically okay.
Harusnya saya udah laporan report progress RC yang saya ikutin dari kemaren-kemaren, tapi apa daya. Menjelang Muskerwil saya sibuk mengurus KRS ke kampus, belum lagi mengurus keberangkatan yang lumayan menguras
Harusnya saya juga udah laporan
Yaudah lah. Yang penting udah update lagi sekarang. Udah gitu aja
Cover diambil dari web penulis |
Penulis: Yunisa KD
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: 2013
Tebal: 300 halaman
Format: Paperback
ISBN: 978-602-251-132-8
Ini adalah kisah nyata seorang gadis yang menolak untuk meminta maaf meskipun telah berulang kali diajukan permintaan resmi agar ia melakukannya. Dia meninggal 7 kali oleh pena seorang novelis. Itulah cara ringan untuk merangkum cerita ini.
Dalam dimensi yang berbeda, hidup memang seperti persamaan matematika: ada berbagai variabel dan konstanta. Kematian seorang gadis bermoto "Maaf tampaknya adalah kata tersulit" itulah sang konstanta
***
On a wedding ceremony, there's a girl who seems to misbehave to the groom. The bride (and her entire family) get angry and ask the girl to apologize. Then the problem getting bigger because the girl did not (even eager) to apologize. At the end, the girl tragically died (in my opinion) before she gets sorry. Tragic
Terakhir kali saya menulis review seenak jidat adalah ketika saya menulis review Rapuh, yang mana diakui penulisnya bukan karya andalannya. Kalau penulis yang satu ini, well, nggak tahu lah ya. I don't even know there's an author named Yunisa KD before I got this book.
Dari review-review goodreaders kayaknya novel ini benar-benar kisah nyata ROM (Registration of Marriage--pencatatan sipil pernikahan Singapura) si penulis, pantas aja saya merasa novel ini penuh dengan aroma dendam kesumat. Jadi semacam pengen bikin list ala-ala reviewannya Rapuh kemaren deh. Saya mau minta maaf terlebih dahulu kalau kemudian tulisan ini mulai gak terkendali dan menyinggung penulis. Saya gamau dibunuh lewat pena *dikeplak*
Saya gamau bahas misediting lah ya, itu mah urusan editor. Saya bukan editor jadi gamau ngomentarin. Firstly saya mau bahas tentang tokoh dulu.
- Jeremy, yang di narasinya academically genius tapi malah dibilang goblok sama istri sendiri. Saya heran, si Jeremy mau-mau aja ya, dikatain goblok sama istri sendiri. Dimana-mana juga gak ada yang mau dikatain goblok =,=
- Dewi, yang di narasinya mengagung-agungkan adat ketimuran tapi sendirinya ngatain suaminya goblok. Ralat. Double goblok. Saya gak itung deh berapa kali si Dewi ini ngatain suaminya sendiri goblok, yang jelas berkali-kali. Kalau emang mau bikin tokoh Dewi ini sesuai adat ketimuran ya harusnya konsisten lah yaaaaa. Mangkel boleh, kesel boleh, marah boleh, tapi kalau ngatain suami sendiri goblok saya rasa that's a big no no.
- Lisa Hisman a.k.a Ganjen. Wajar lah ya perempuan kalau udah mangkel sama satu orang biasanya langsung ganti nama tu orang pake nama
samaranlain. Dari narasinya sih digambarin kalau siLisaGanjen ini sejenis makhluk Tuhan yang muka tembok, muka badak, gak beretika, dan seterusnya, dan sebagainya. Intinya 100% antagonis, gak ada bagus-bagusnya. Ini nih, yang bikin aura dendam di novel ini berasa banget. - Armand, yang menurut narasinya miserable banget jadi cowok. Sebelas dua belas lah ya sama Jeremy. Cuma bedanya Armand belom jadi suami orang dan kayaknya sih Armand ini lebih tegas dikit dibanding Jeremy. Dikit tapi.
- Roger
Danuarta, yang nongol di beberapa bab. Saya rada heran kenapa ini tokoh mendadakdangdutmuncul. Kamsud eh maksudnya apah? Engga perlu ada si Roger ini juga plotnya tetep nyambung kok. Malah karena ada tokoh ini saya malah ngerasa plotnya jadi aneh. Gak nyambung gitu. Kenapa gak dibuang aja ini tokoh? Mana nongolnya gak jelas pula kenapa bisa nongol *kemudian digaplok*
Lah, bahas satu sisi aja udah begini banyak ya ternyata. Oke. Secondly. Saya sih oke-oke aja sama plot time travel. Teorinya juga gak jauh beda sama yang sempat diterangin temen saya yang kebetulan jago fisika. Cuma eksekusi plotnya bikin bingung. Apalagi di beberapa bab sempat ada pertukaran point of view antara Jeremy sama Dewi. Mungkin maksudnya biar ceritanya lebih clear kali ya. Tapi buat saya itu mah boros kata. Konsisten di satu POV juga gak bikin plotnya rusak kok.
Selain itu saya ngerasa ada hole di sana sini. Terutama di bagian yang ada Rogernya. Gak dijelasin tuh kenapa si Roger ini bisa punya chip mesin waktu kayak Jeremy. Entah dia nyolong atau dia berasal dari masa di mana mesin waktu udah bisa dibeli di supermarket, gak jelas. Cuma Tuhan dan penulis yang tau.
Terakhir, saya (kalau bisa) pengen buang semua quote-quote gak penting yang bertebaran di novel ini. Ganggu bok! Kalaupun mau nyisipin quote saran saya nih ya ditulis pake bahasa Indonesia ajah, gausah pake bahasa Inggris segala. Boros kata kalau menurut saya mah. Gak ganggu plot juga kalau cuma pake bahasa Indonesia ajah.
Sebenernya banyak sih yang miss di novel ini. Tapi kalau saya bongkar semua entar pada gak mau baca. Kan kasian penulisnya wkwk. Udin lah ya segitu dulu. Aku kasih dua bintang di Goodreads. Thanks to the epilog yang lumayan menghibur.
"Kebenaran tetap benar, jahat tetap jahat. Mau dipikir seabad, faktanya tidak akan berubah. Berpikir saja tanpa bertindak, itu tidak ada gunanya" - halaman 105
dedicated to reading challenge
Sewaktu kopdar kemaren ada suatu peristiwa yang mengganjal pikiran saya, bahkan sampai kopdar bubar jalan dan saya balik ke rumah. Bahkan sampai berhari-hari setelah kopdar
Jadi pas kopdar kemaren para blogger pencari wangsit nongkrong di teras lantai 2 Texas Juanda. Kebetulan di dalam ada pesta ultah dedek-dedek unyu yang bikin kita-kita pada gemes. Awalnya kita (atau tepatnya saya) seneng-seneng aja, lumayan nostalgila denger lagu anak-anak jaman baheula. Saya berasa pembersihan kuping :)))
Tapi kemudian suasana itu berubah ketika
Intinya lirik lagunya gak sinkron sama umur dedek-dedeknya yang masih belum sunat dan belum mens. Bayangin aja, dedek-dedek yang kalau jalan masih suka minta gendong sama emaknya ini udah dikasih denger lagu yang liriknya cinta-cintaan. Gedenya jadi apa dong?
Dulu tuh ya jaman saya masih jadi dedek-dedek unyu, yang ngetrend itu bukan jargon "sakitnya tuh disini" Cita Citata. Tapi boneka unyu yang bisa ngomong dan rada centil
Susan, Susan, kalau gede mau jadi apa? Pic from google.com |
Lagu-lagu jaman 90an mah, kayaknya terorgansir sesuai umur. Kalau dedek-dedek unyu macam saya dengerin lagu-lagu Trio Kwek-Kwek, Zaskia Geofanny, Joshua, Eno Lerian, atau jaman-jaman Agnes Monica belum nyanyi Coke Bottle dan pipi Tina Toon masih se-chubby bak pao.
I grew up with those amazing trio Pic from google.com |
Tadi pagi saya nonton sebuah talkshow di salah satu stasun televisi swasta (tayangan ulang, bukan live). Kebetulan bintang tamunya adalah Papa T. Bob, yang notabene adalah pencipta lagu anak-anak. Beberapa lagu anak-anak karyanya bahkan sempat diputar ulang sebentar, membuat saya teringat masa kecil saya. I grew up with Papa T. Bob, Pak Kasur, Bu Kasur, and those who write song for children on 90's. Saya tumbuh bersama mereka, saya tumbuh bersama anak-anak yang mereka ajarkan menyanyi. Saya gede bareng Trio Kwek-Kwek, Kak Ria Ernes, Tasya, Joshua, dan penyanyi-penyanyi cilik yang sekarang udah sama gedenya sama saya.
Saya senang sekali ketika Papa T. Bob (on TV, of course) mengatakan sedang mengerjakan proyek lagu anak-anak. Kata beliau, ada sekitar lima puluhan anak-anak yang terlibat, sejak setahun yang lalu. Dan saya sangat-amat-teramat (lebay!) berharap proyeknya Papa T. Bob rampung sesegera mungkin. Saya udah gak tahan liat anak-anak yang bergaya layaknya orang dewasa.
Lastly, I would like to say (as Papa T. Bob said) to all of my fellas
Kembalikan lagu anak-anak ke pangkuan anak-anak. Biarkan mereka menikmati masa kanak-kanak yang bahagia dengan dunianya. Biarkan mereka dewasa pada waktunya, sehingga mereka tidak seperti buah--matang karbitan
Let them smile naturally Pic from here |
Cover diambil dari Goodreads.com |
Penulis: Paulo Coelho, Eko Indriantanto (penerjemah)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2011
Tebal: 263 halaman
Format: Paperback
ISBN: 978-979-22-6719-8
Dalam novel ini, yang terbit sebelum The Alchemist -- Sang Alkemis, Paulo menempuh perjalanan untuk mencapai pengetahuan diri, kebijaksanaan, dan penguasaan spiritual.
Dipandu oleh teman seperjalanannya yang misterius bernama Petrus, Paulo menyusuri jalan ke Santiago yang suci, melalui serangkaian cobaan dan ujian sepanjang jalan -- bahkan bertatap muka dengan seseorang yang mungkin sang iblis sendiri. Kenapa jalan menuju hidup sederhana ternyata sangat sulit? Apakau Paulo akan menjadi cukup kuat untuk menggenapkan perjalanan menuju kerendahan hati, kepercayaan, dan keyakinan?
Paulo Coelho adalah pencerita yang memukau, menginspirasi orang di seluruh penjuru dunia untuk melihat lebih dari hal yang biasa menuju hal yang menakjubkan
***
Ini adalah kali pertama saya membaca karya Paulo Coelho, meskipun saya sudah mengenal kiprah penulis kelahiran Brazil ini. Ini juga kali pertama saya membaca buku bernuansa Kristiani, jadi saya cukup berhati-hati membacanya.
Novel ini berkisah tentang perjalanan ziarah ke Santiago de Compostela, yakni sebuah perjalanan menuju makam Santiago yang terletak di tanjung Iberia, yang dalam sejarah kekristenan merupakan salah satu murid Isa al Masih.
"Kau harus ke Perancis, ke Saint-Jean-Pied-de-Port, dan mencari Mme Lourdes di sana. Dia akan mengantarmu menemui seseorang yang akan memandumu sepanjang Jalan menuju Santiago" - halaman 18
Awalnya saya mengira novel ini semacam biografi Paulo, meski saya tidak begitu yakin. Saya tidak mengenal Ordo Tradisi (atau ordo RAM), dan saya tidak yakin adanya ordo dengan ritual magis dalam dunia kekristenan. Tapi dari Goodreads saya mengetahui bahwa novel ini memang terinspirasi dari pengalaman Paulo sendiri ketika melakukan perjalanan ziarah ke Santiago de Compostela, meski alurnya dimodifikasi menjadi karya fiksi.
Berbeda dengan kisah nyatanya, dalam novel ini Paulo diceritakan melakukan perjalanan ziarah untuk mencari pedang atas perinta guru dari ordonya.
"Aku memilih untuk menempuh Jalan menuju Santiago dalam rangka mencari pedangku. Pedang itu menjadi benda terpenting dalam hidupku sekarang, dan aku harus memikirkan cara agar dapat menemukannya. Aku harus membuat keputusan yang tepat" - halaman
Yang menarik bagi saya dalam novel ini adalah kisah-kisah historikal yang dituturkan Petrus -- pemandu Paulo dalam perjalanan ziarah. Kisah-kisah yang diceritakannya penuh pesan moral tentang cinta kasih -- tipikal kekristenan.
"Berabad-abad silam, seorang putri yang menempuh Jalan menuju Santiago, Felicia dari Aquitane, memutuskan untuk meninggalkan segala yang ia punya dan menetap di sini dalam perjalanan kembali dari Compostela. Ia adalah sang cinta sendiri, karena ia membagikan semua kekayaannya untuk orang-orang miskin di daerah ini dan mulai merawat mereka yang sakit" - halaman 57
Saya juga membaca sedikit tentang Islam, ketika Paulo membandingkan ibadah haji (dalam novel ini disebut ziarah) dengan ibadah ziarah umat Kristiani menuju tiga jalan yang mereka anggap suci
"Seperti Islam yang mewajibkan segenap umatnya untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad yang berziarah dari Mekkah ke Madinah setidaknya sekali seumur hidup, umat Kristiani pada abad pertama juga diharapkan menempuh tiga rute peziarahan yang dianggap suci" - halaman 20
Bagi saya yang menggemari novel melodrama, sedikit susah untuk memahami tulisan Coelho yang penuh filosofis. Itu mungkin (menurut saya) itu saya berbeda keyakinan dengan Coelho, sehingga saya sedikit terganggu dengan filosofi-filosofinya yang sangat kental dengan kekristenan. Tapi tidak begitu bermasalah, karena filosofinya toh tidak begitu berbeda dengan ajaran agama yang saya anut.
dedicated to reading challenge
Bisa dibilang saya sudah mulai sedikit melenceng dari tema blog ini. Niat awal saya mau menjadikan blog ini sedikit fashionable. Tapi apa daya, saya pemamah segala macam buku. Akibatnya saya jadi ketagihan ikut reading challenge yang berserakan. Tapi saya sama sekali gak berniat membuat blog baru (lagi) untuk review buku yang saya baca. Repot bok!
Jadi ceritanya tadi saya baca postingan master post reading challenge nya kak Ren saya jadi ngiler. Jadilah saya ikutan Lucky No. 15 Reading Challenge. Peraturannya simpel sih, baca minimal 15 buku dari 15 kategori yang berbeda. Bisa satu tiap kategori atau menyesuaikan. Sesuai kemampuan aja.
yang mau ikutan sila ke sini |
Chunky Bricks: baca buku dengan tebal lebih dari 500 halaman.
Yang akan saya baca: saya bakalan baca lanjutannya Inkheart, Inkspell. Tebalnya jauh lebih tebal dari Inkheart, sekitar 600an halaman. Semoga saya kuat bacanya, karena saya jarang banget baca buku tebal.
Something New: baca buku yang baru dibeli
Yang akan saya baca: saya lupa buku apa yang terakhir saya beli. Tapi kalau buku yang sampai sekarang masih tersegel, ada banyak. Jonathan Strange & Mr. Norris salah satunya.
Something Borrowed: baca buku pinjaman #timpinjamhore #timgretongan
Yang akan saya baca: dari dulu saya pengen pinjam bukunya kak FhiaFT, tapi gak pernah kesampaian. Jadi mungkin saya mau minjam Bumi Manusia sama kak FhiaFT. Atau kalau gak jadi, saya mau pinjam novelnya Roald Dahl punya dad Aulhowler
It's Been There Forever: baca buku timbunan
Yang akan saya baca: Mimpi Bayang Jingga
Freebies Time: baca buku gratisan #timgretongan
Yang akan saya baca: terakhir saya dapat buku gratis dari partner in crime saya. Ada tiga buku yang dikasihnya, tapi buat challenge ini saya pilih Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Bargain All The Way: baca buku yang dibeli saat diskon besar-besaran (huahahahaha!)
Yang akan saya baca: kebetulan saya lagi baca The Pilgrimage, dan kebetulan saya beli buku ini saat diskon, cuma Rp 20.000,- saja *evilsmirk*
Favorite Collor: baca buku yang covernya warna kesukaan kita
Yang akan saya baca: to be added
First Initial: baca buku dengan inisial pengarang yang sama dengan kita
Yang akan saya baca: to be added
Super Series: baca buku serial
Yang akan saya baca: to be added
Opposite Attract: baca buku yang pengarangannya berlawanan jenis kelamin dengan kita
Yang akan saya baca: Here, After karangan Mahir Pradana
Randomly Picked: baca buku yang dipilihkan orang lain
Yang akan saya baca: to be added. Mungkin nanti saya akan minta adik saya untuk memilihkan buku
Cover Lust: baca buku yang covernya menarik
Yang akan saya baca: to be added. Ada banyak buku yang covernya menarik hati saya. Jadi mungkin bakalan lama milihnya
Who Are You Again: baca buku yang penulisnya belum dikenal
Yang akan saya baca: Sepotong Kata Maaf, buku hadiah dari teman saya
One Word Only: baca buku yang judulnya cuma 1 kata
Yang akan saya baca: Mahabharata
Dream Destination: baca buku yang latarnya jadi tempat impian kita
Yang akan saya baca: to be added
Yak. Semoga ini jadi reading challenge terakhir saya. Semoga
Yang akan saya baca: saya bakalan baca lanjutannya Inkheart, Inkspell. Tebalnya jauh lebih tebal dari Inkheart, sekitar 600an halaman. Semoga saya kuat bacanya, karena saya jarang banget baca buku tebal.
Something New: baca buku yang baru dibeli
Yang akan saya baca: saya lupa buku apa yang terakhir saya beli. Tapi kalau buku yang sampai sekarang masih tersegel, ada banyak. Jonathan Strange & Mr. Norris salah satunya.
Something Borrowed: baca buku pinjaman #timpinjamhore #timgretongan
Yang akan saya baca: dari dulu saya pengen pinjam bukunya kak FhiaFT, tapi gak pernah kesampaian. Jadi mungkin saya mau minjam Bumi Manusia sama kak FhiaFT. Atau kalau gak jadi, saya mau pinjam novelnya Roald Dahl punya dad Aulhowler
It's Been There Forever: baca buku timbunan
Yang akan saya baca: Mimpi Bayang Jingga
Freebies Time: baca buku gratisan #timgretongan
Yang akan saya baca: terakhir saya dapat buku gratis dari partner in crime saya. Ada tiga buku yang dikasihnya, tapi buat challenge ini saya pilih Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Bargain All The Way: baca buku yang dibeli saat diskon besar-besaran (huahahahaha!)
Yang akan saya baca: kebetulan saya lagi baca The Pilgrimage, dan kebetulan saya beli buku ini saat diskon, cuma Rp 20.000,- saja *evilsmirk*
Favorite Collor: baca buku yang covernya warna kesukaan kita
Yang akan saya baca: to be added
First Initial: baca buku dengan inisial pengarang yang sama dengan kita
Yang akan saya baca: to be added
Super Series: baca buku serial
Yang akan saya baca: to be added
Opposite Attract: baca buku yang pengarangannya berlawanan jenis kelamin dengan kita
Yang akan saya baca: Here, After karangan Mahir Pradana
Randomly Picked: baca buku yang dipilihkan orang lain
Yang akan saya baca: to be added. Mungkin nanti saya akan minta adik saya untuk memilihkan buku
Cover Lust: baca buku yang covernya menarik
Yang akan saya baca: to be added. Ada banyak buku yang covernya menarik hati saya. Jadi mungkin bakalan lama milihnya
Who Are You Again: baca buku yang penulisnya belum dikenal
Yang akan saya baca: Sepotong Kata Maaf, buku hadiah dari teman saya
One Word Only: baca buku yang judulnya cuma 1 kata
Yang akan saya baca: Mahabharata
Dream Destination: baca buku yang latarnya jadi tempat impian kita
Yang akan saya baca: to be added
Yak. Semoga ini jadi reading challenge terakhir saya. Semoga
Cover diambil dari Goodreads.com |
Penulis: Ragdi F. Daye
Penerbit: Lingkar Pena Publishing House
Tahun terbit: 2010
Jumlah halaman: 180 halaman+vii
Format: Paperback
ISBN: 9786-0284-2681-6
Kisah cinta yang gugup, identitas orang kampung yang menggigil karena deru modernitas, dan tradisi Minangkabau yang meleleh, adalah pusaran yang kuat dalam tema-tema kumpulan cerpen Perempuan Bawang dan Lelaki Kayu. Dengan alur yang cerdas dan bahasa yang memukau, kisah-kisah di dalam buku ini akan membawa kita ke dalam makna cinta, kemanusiaan, dan keberadaan tradisi yang sesungguhnya.
***
Ini buku kumcer pertama yang saya baca tahun ini, dan kali ini saya baca kumcer karya penulis yang benar-benar lokal. Ragdi F. Daye adalah urang awak, orang Minang asli. Meski saya tidak tau persis dimana Minangnya.
Saya ingat sewaktu masih berguru menulis pada bangDod, buku ini termasuk salah satu rekomendasinya untuk dibaca. Terutama karena cara Ragdi mendeskripsikan sebuah scene dengan detil.
Tapi itu gak masalah besar sih, toh gak terlalu mempengaruhi jalan cerita juga. Overall, Ragdi sukses mengangkat tema lokal dalam cerpennya. Tentang tradisi Minang yang mulai melebur dalam modernitas yang sok kebarat-baratan. Juga tentang kesenjangan sosial di masyarakat yang bagai langit dan bumi.
Saya ingat sewaktu masih berguru menulis pada bangDod, buku ini termasuk salah satu rekomendasinya untuk dibaca. Terutama karena cara Ragdi mendeskripsikan sebuah scene dengan detil.
Kau meraih sendok alumunium yang telungkup di atas daun pisang dalam piring plastik berisi sate pesananmu. Jari-jari tangan kirimu menjepit sebatang lidi yang ditancapi lima potong lokan berlumur kuah merah kecoklatan. Kauangkan lidi itu. Membawanya ke depan mulut. Bibirmu terkuak. ujung lidi itu menyentuh bibirmu yang pecah-pecah. Kau menggigit sepotong sate. Menarik lidi itu secara perlahan sehingga potongan itu tertawan di mulutmu. - Perempuan Bawang, halaman 2Perut saya langsung berbunyi setelah membaca paragraf di atas. Deskripsi Ragdi benar-benar detil. Bukan hanya itu, Ragdi juga menyelipkan kata-kata berbahasa Minang dalam cerpen-cerpennya. Bahkan, beberapa diantaranya adalah kata yang sudah dibakukan dalam KBBI. Tapi sayang, hanya beberapa cerpen saja yang diselipkan catatan kaki, menjelaskan frasa-frasa berbahasa Minang yang ada dalam cerpennya. Untuk saya yang sejak pandai bicara sudah mengenal bahasa Minang tentu tidak masalah. Tapi untuk orang-orang yang tidak kenal bahasa Minang sama sekali, tentu sedikit kesulitan.
Tapi itu gak masalah besar sih, toh gak terlalu mempengaruhi jalan cerita juga. Overall, Ragdi sukses mengangkat tema lokal dalam cerpennya. Tentang tradisi Minang yang mulai melebur dalam modernitas yang sok kebarat-baratan. Juga tentang kesenjangan sosial di masyarakat yang bagai langit dan bumi.
dedicated to reading challenge
Jadi ceritanya Desember kemaren udah wacana buat bikin kopdar bulan Januari. Kopdarnya bukan kopdar dadakan seperti yang sering terjadi belakangan, tapi kopdar gede-gedean kayak berabad-abad beberapa waktu lalu. Setelah saya getol-getol minta usulan tanggal, jam, dan lokasi, akhirnya terkumpullah sembilan blogger yang berniat mencari wangsit di Texas Juanda *eh*. Sembilan blogger itu adalah kak FhiaFT, kak Titi, kak Siska, bang Ferdi, bang Aul, Uda Zami, bang Sabli, bang Emen dan tentunya saya sendiri yang paling cantik di tongkrongan ini *halah*
Yang duluan dateng, aku sama kak FhiaFT Dulu waktu pertama ketemu kita dibilang kembar |
kata Udarian sih, bang Aul gendutan :)) |
Seperti biasa kita perkenalan dulu, soalnya kak Siska sama bang Sabli baru pertama ikut kopdar (semoga engga kapok ikut kopdar). Abis itu kita ngerayain ultah Palanta deh*walaupun telat*
Kuenya unyuk! Kayak yang beliin *ahik* |
Pas tiup lilin. Kuenya silahkan di-zoom |
Abis tiup lilin kita ngalor ngidul tanjung priuk dan berakhir dengan nostalgila generasi 90an. Mulai dari kartun jaman baheula seperti Saint Seiya, Cardcaptor Sakura, Sailor Moon, sampe sinetron jadul kayak Tersanjung yang seasonnya ngalahin anime Jepang. Astaga, tua sekali kita.
Kita akhirnya bubar sekitar jam 5an, udah bosan soalnya di sebelah ada perayaan ultah anak-anak, dan mereka lagi joget pake lagu cinta-cintaan =,=
See you next kopdar bloggers! Gak sabar nyicipin masakan kak FhiaFT pas #PalantaPiknik bulan depan :D